IKATAN KALIMAH

لا اله الا الله محمد رسول الله في كل لمحت و نفس عدد و سعه علم الله
Rasulullah Saw. Bersabda:
“Singkirkan syaitan-syaitanmu dengan ucapan Laailaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah, karena syaitan itu diikat dengan kalimat itu sebagaimana kalian membebani derita untanya dengan banyaknya tumpangan dan beban-beban yang dipikulnya.”

Singkirkan syaitan-syaitanmu dengan ikhlas dalam ucapan Laailaaha Illallah, bukan sekadar ucapan lembut lidah. Karena tauhid itu membakar syaitan Jin dan syaitan manusia, karena tauhid adalah neraka bagi syaitan dan cahaya bagi orang yang mauwahhid (tauhid) pada Allah.
Bagaimana anda mengucapkan Laailaaha Illallah sedangkan dalam hati anda banyak Tuhan?.

Segala sesuatu yang anda jadikan pegangan dan anda andalkan selain Allah, maka sesuatu itu adalah berhala anda. Tauhid sekadar (ucapan) tidak ada artinya jika qalbu anda musyrik. Tidak ada artinya menyucikan tubuh badan sedangkan hati tetap najis.

Orang bertauhid itu menepiskan syaitannya, sedangkan orang musyrik malah diperdaya oleh syaitannya. Ikhlas adalah isi dari ucapan dan perbuatan, karena tanpa keikhlasan ucapan hanyalah kulit belaka, tanpa isi, yang tidak layak melainkan neraka belaka.

Dengarkan ucapanku dan amalkan, karena mengamalkannya dapat mematikan neraka tamakmu dan menghancurkan duri nafsumu.

Janganlah anda datangi suatu tempat yang dapat mengobarkan api watakmu yang dapat merobohkan rumah agama dan imanmu, dimana watak nafsu dan syaitan berkobar lalu menghapus agama, iman dan yaqinmu.

Karena itu jangan anda dengarkan ucapan mereka yang munafik yang penuh dengan kepura-puraan penuh dengan retorik keindahan. Nafsu itu senang dengan gaya seperti itu, seperti adonan roti yang masih mentah tanpa garam yang malah dapat merusak perut dan membuat hancur se-isi rumah.

Pengetahuan itu diambil dari ucapan para tokoh. Diantara para tokoh itu ada tokohnya Allah Azza wa-Jalla. Mereka adalah kaum Muttaqin, yang hatinya meninggalkan dunia, yang menjadi pewaris, dan yang ahli ma’rifat, mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Dan segalanya tanpa ketaqwaan hanyalah sia-sia dan batil.

Kewalian itu hanya bagi orang yang taqwa di dunia dan di akhirat. Seluruh asas dan bangunan, dunia dan akhirat dari jiwa mereka. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hambaNya yang taqwa dan berbuat kebajikan, yang sabar. Manakala anda punya mata hati yang benar, pasti anda akan mengenal mereka, mencintai mereka dan bersahabat dengan mereka.
Kasyaf/mata hati itu benar manakala dicahayai oleh kema’rifatan kepada Allah dalam hati. Karena itu jangan berpijak pada kasyaf-mu jika belum ditimbang dengan ma’rifatullah Azza wa-Jalla, hingga jelas benar informasi mengenai kebenaran dan kebajikan.

Tutuplah matamu dari perkara yang haram, dan kendalikan dirimu dari syahwat, lalu kembalikan dirimu pada makanan yang halal, serta jagalah batinmu dengan muroqobah kepada Allah Azza-Wajalla, lahiriyahmu mengikuti jejak Sunnah Nabi saw. Maka kasyaf akan benar dan layak, benar pula ma’rifatmu kepada Allah Azza wa-Jalla
Akal dan hatimu anda didik. Sedangkan watak dan nafsu serta kebiasaan sehari-hari yang buruk, tidak dapat dididik dan tidak ada kemuliaannya.

Anak-anak sekalian…Belajarlah dan ikhlaslah, hingga anda bersih dari duri kemunafikan, lalu ikatlah. Carilah ilmu karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan makhluk dan dunia.

Tanda anda mencari ilmu karena Allah Azza-wa-Jalla, adalah rasa takut dan gentarmu dari Allah ketika perintah dan laranganNya tiba, dan anda sangat fokus di sana, merasa hina di hadapanNya, tawaddu terhadap sesama namun tanpa kepentingan pada mereka, sama sekali tidak berharap dari apa yang menjadi milik mereka.

Anda malah harus bersedekah karena Allah Azza wa-Jalla dan konsisten. Karena sadaqah yang diberikan bukan karena Allah Azza-wa-Jalla adalah musuh, dan berpijak pada tindakan seperti itu akan musnah. Pemberian yang motivasinya bukan karena Allah adalah kegagalan.

Nabi Saw, bersabda:
“Iman ini ada dua bagian; sebagian sabar dan sebagian lagi syukur.”
(Hr. As-Suyuthi dari Anas ra)

Bila anda tidak sabar atas derita, tidak syukur atas nikmat, maka anda belum beriman. Karena hakikat Islam
adalah Istyislam (pasrah diri pada Allah).

Ya Allah hidupkan hati kami dengan tawakkal kepadaMu, dengan taat dan zikir hanya bagiMu, dengan berserasi padaMu, dengan Tauhid hanya bagiMu.
Kalau bukan karena ahlu Allah di muka bumi yang ada di hatimu, pastilah sudah hancur kalian semua. Sebab Allah azza wa-Jalla mengalihkan azabNya, karena doa mereka itu.

Rupa Nabi memang sudah tiada, namun maknanya senantiasa abadi sampai kiamat. Bila tidak, bagaimana mungkin senantiasa ada 40 tokoh Ilahi yang senantiasa muncul di muka bumi?.

Dimana hati mereka ada makna-makna nubuwwah, hatinya seperti satu hati dari para Nabi. Diantara mereka ada Khalifah Allah dan rasul-rasulNya di muka bumi, yaitu para Ulama yang menggantikan sebagai pewaris Nabi.

Nabi Saw; bersabda:
“Para Ulama adalah pewaris para Nabi.”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ibnu Hajar).

Merekalah pewaris, penjaga, baik tindakan mahupun ucapan. Karena ucapan tanpa tindakan sama sekali tidak menyamainya, dan itu hanya pengakuan-pengakuan belaka tanpa bukti, sama sekali tidak sama
(tidak berhak menyandang pewaris).

Anak-anak sekalian, aku jelaskan agar kalian memegang teguh Kitab dan Sunnah serta mengamalkan keduanya, ikhlas dalam beramal.

Aku melihat Uama-ulama kalian bodoh-bodoh. Yang anda anggap zuhud malah memburu dunia, berserah diri pada makhluk, namun alpa pada Al-Khaliq Azza wa-Jalla. Percaya pada selain Allah Azza wa-Jalla adalah penyebab laknat.

Nabi saw, bersabda:
“Dilaknati! Dilaknati! Makhluk yang kepercayaannya pada makhluk sesamanya”.

Sabdanya pula:
“Siapa yang menggantungkan rasa keperluannya pada makhluk maka dia menjadi hina.”

Sungguh! Bila anda keluar dari makhluk maka anda akan bersama Maha Khaliq Azza wa-Jalla, Dia Yang Maha Tahu apa yang membahagiakanmu dan mencelakakanmu. Bezakan apa yang membahagiakan bagimu dan apa yang bagi orang lain.

Hendaknya anda tetap teguh dengan kekal di pintuNya Azza wa-Jalla, dan memutuskan dunia dari hatimu, maka anda bakal menemukan kebajikan dunia dan akhirat. Dan hal demikian tidak dapat sempurna, ketika makhluk dan riya’ ada di hatimu, yang lain dan segala selain Allah Azza wa-Jalla tetap di hatimu, maka tak dapat dinilai sedikit pun hati anda.

Jika anda tidak sabar anda tidak beragama, tidak ada modal bagi iman anda.

Nabi saw, bersabda:
“Sabar itu bagian dari iman, seperti kepala bagi badan”
(H.r. Al-Hindy dan al-Iraqy).

Makna sabar, berarti anda tidak pernah mengeluh, tidak bergantung pada sebab akibat dunia, dan tidak membenci cobaan, juga tidak senang hilangnya cobaan..

Seorang hamba ketika tawaddu karena Allah Azza wa-Jalla saat fakir dan sangat perlu, dan ia bersabar bersamaNya untuk mengikuti kehendakNya, tidak tidak congkak dengan sifat-sifatnya, lalu meraih pencerahan dalam ibadah di tengah kegelapan, berusaha dengan pandangan mata kasih sayang, maka Allah akan mencukupinya dan keluarganya dengan kecukupan tiada terduka.

Allah swt berfirman:
“Siapa yang “bertaqwa” kepada Allah maka bakal diberi jalan keluar, dan diberi rizki yang tak terhingga.” (Ath-Thalaq 2).

Anda ini seperti tukang bekam yang mengeluarkan penyakit orang lain, sedangkan dirimu penuh penyakit yang tak dapat anda keluarkan.

Aku melihat anda semua sepertinya bertambah ilmunya secara lahiriyah, namun secara batin malah tampak tolol.
Dalam kitab Taurat disebutkan:
“Siapa yang bertambah ilmunya, maka bertambahlah sedihnya.”

Kalam Sultanul Aulia’ Shaykh Sayyid Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jailani Al-Hasani wal Al-Huseini ra. Baca Alfatihah Kepada ruhnya Alfatihah…

Leave a comment